Banyak mengkonsumsi sayuran memiliki manfaat yang luar biasa terhadap kesehatan. Namun, tidak semua orang suka makan sayur.
Mungkin kamu pernah melihat atau sudah merasakan sendiri, orangtua kerap harus memaksa anak untuk makan sayur. Pada orang dewasa pun terjadi demikian. Dengan berbagai alasan, seseorang akan menolak sayur.
Dilansir AkuratHealth dari The Huffington Post, faktor genetik ternyata bisa menjadi penyebab lainnya mengapa seseorang tidak suka makan sayur. Orang-orang dengan gen supertaster (estimasinya 25 persen dari populasi) memiliki lidah perasa dan pengalaman lebih kuat terhadap sensasi rasa, terutama terkait rasa pahit.
Mereka cenderung memilih-milih makanan dan menolak sayur-sayuran seperti bayam, brokoli, tauge dan lainnya. Kemudian, ada pula faktor psikologis yang berdampak pada suka tidaknya seseorang terhadap makanan.
Profesional nutrisi holistik dari Boulder, Colorado, Cynthia Stadd, mengatakan, misalnya, jika seseorang dipaksa untuk makan brokoli saat masih kecil, maka mereka akan cenderung menyimpan pikiran negatif atau traumatis dengan makanan tersebut, dan akhirnya tidak ingin memakan brokoli ketika dewasa.
Namun penting kamu ketahui, ternyata otak kita bisa dilatih agar mau mengonsumsi sayur-sayuran. Otak Anda dapat beradaptasi untuk dapat makan lebih banyak sayuran.
Ahli gizi diet dari Connectitut sekaligus konsultan nutrisi sekolah dan program kesehatan pekerja, Jill Patterson, mengatakan, Anda mungkin tidak menyukai semua sayuran, tetapi Anda bisa melatih diri untuk makan lebih banyak sayur.
Hanya dibutuhkan kemauan untuk melakukan perubahan gaya hidup, untuk mengadopsi kebiasaan baru. Berpikirlah positif tentang memasukkan lebih banyak sayuran ke dalam menu harian Anda, dapat membantu menstimulasi otak agar mau makan lebih banyak sayur.
Sebuah penelitian menunjukkan, ketika sayur-sayuran dideskripsikan sebagai sesuatu yang enak dikonsumsi, misalnya “kacang hijau manis” dan “bawang merah renyah”, 25 persen subjek mengatakan mau memakannya.
Kita juga akan lebih tertarik untuk makan sayur-sayuran jika merasakan efek positif dari mengonsumsinya, misalnya merasa terus berfikir positif bahwa tubuh lebih sehat jika makan sayur. Konsep pembelajaran rasa nutrisi bisa membantumu untuk memandang sayur-sayuran dalam pandangan yang lebih positif.
“Coba konsumsi berbagai macam sayur-sayuran dan mencoba berbagai macam resep, rasa dan cara mempersiapkan sayur-sayuran tersebut. Sayur-sayuran bisa dimasak atau dimakan mentah, atau ada resep tertentu yang kamu suka. Temukan cara makan yang paling kamu senangi dan gabungkan ke dalam menu harian,” jelas Jill.
Riset menunjukkan, hal ini jika dilakukan terus menerus bisa berdampak pada peningkatan asupan sayur itu sendiri. Ahli gizi klinik dari Rumah Sakit Anak Arkansas, Tabitha Prater, menyarankan orangtua untuk terus menerus menawarkan sayuran kepada anak-anaknya dan menyiapkannya lewat berbagai cara yang menyenangkan. Namun, jangan ada unsur pemaksaan, ya.
Kemudian, makan bersama keluarga secara teratur memberi orangtua kesempatan untuk memberi contoh kepada anak tentang kebiasaan makan sehat, memperlihatkan suka dengan sayur, sehingga anak dapat meniru kebiasaan tersebut.
Penelitian menunjukkan bahwa ketika keluarga sering makan bersama, dengan makanan berkualitas, lebih banyak buah dan sayuran, melibatkan anak-anak dalam belanja makanan dan persiapan makan, akan meningkatkan penerimaan makanan dan meningkatkan asupan sayuran pada anak.