“Dunia tidak selebar daun kelor, ” begitu ungkapan yang sering kita dengar, meski tak banyak yang tahu seberapa lebar daun kelor sebenarnya.

Yang pasti, akhir-akhir ini nama kelor semakin mendunia. Sebuah media ternama di Amerika Serikat, The Guardian kembali mengupas ‘kesaktian’ pohon kelor dengan menyebut tanaman ini sebagai “miracle tree” alias “pohon ajaib”.

Salah satu keajaibannya adalah seluruh bagian pohon bisa dimakan, mulai dari akar sampai kulit kayunya. Selain itu, pohon kelor tumbuh dengan cepat dan tahan kekeringan dengan benih yang dapat menjernihkan air.

Tanaman bernama latin moringa oleifera ini tergolong tanaman tahunan yang biasanya tumbuh liar. Di Jawa, kelor biasa tumbuh sampai pada ketinggian 300 m di atas permukaan laut. Tanaman ini sanggup tumbuh di kawasan tropik yang lembab juga di daerah panas, bahkan tanah kering, karena tidak rakus “makan” pupuk.

Cara menanamnya sangat mudah, hanya dengan menancapkan setekan batang atau menyemai bijinya yang sudah tua, akan tumbuh tanaman baru. Kelor tergolong cepat besar alias bongsor. Tingginya bisa mencapai 3 meter. Bila dibiarkan bisa mencapai 8 – 12 meter.

Bukan hal baru, daun kelor bisa dimanfaatkan sebagai tanaman obat :

1. Mempercepat penyembuhan luka. Daun kelor ditumbuk halus lalu ditorehkan pada luka. Ini karena kelor mengandung semacam zat antibiotik.

2. Penurun panas akibat demam. Daun kelor ditumbuh lalu digunakan sebagai obat kompres.

3. Obat beri-beri dan bengkak. Daun kelor dicampur bersama kulit akar pepaya, kemudian dihaluskan, digunakan seabgai obat luar (bobok).

4. Obat kulit. Daun kelor ditambah kapur sirih, bisa untuk penyakit kurap dan sejenisnya.

5. Air rebusan akarnya konon ampuh untuk obat rematik, epilepsi, antiskorbut, diuretikum, hingga obat kencing nanah. Juga pengobatan malaria, mengurangi rasa sakit, dan menurunkan tekanan darah tinggi.

6. Daun kelor juga bisa dipakai untuk penurun tekanan darah tinggi, diare, kencing manis, dan penyakit jantung.

7. Sakit kepala dan rematik. Akar kelor secukupnya dicampur dengan air, kemudian ditumbuk hingga berbentuk pasa. Oleskan pada pelipis dan belakang telinga. Pada penderita rematik, oleskan pasta tersebut pada bagian yang terasa nyeri. Diborehkan 3x sehari.

Khaisat daun kelor sebagai obat didukung laporan Michael D. Benge, dari Badan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi AS, di Washington DC, tahun 1987. Disebutkan daun kelor memiliki kadar vitamin A dan C yang cukup tinggi.

Selain itu, daun kelor juga dikenal kaya kalsium (Ca) dan zat besi (Fe). Juga sumber fosfor yang baik. Buah mudanya berkadar air tinggi dan kandungan proteinnya tinggi.

 

Meskipun daun kelor mengandung zat besi tingkat tinggi, penelitian lain yang diterbitkan dalam jurnal Federation of American Societies for Experimental Biology menemukan bahwa bioavailabilitasnya (jumlah yang memasuki sirkulasi tubuh) sangat rendah.

Sebenarnya, kandungan asam phytic-nya “nampaknya sangat menghambat penyerapan zat besi yang ada pada komponen makanan lainnya”. Dari jurnal tersebut juga dikatakan bahwa kualitas anti-inflamasi dari ekstrak daun kelor, mungkin lebih manjur daripada madu dan kunyit.

Biji buahnya yang tua dan kering menyimpan kadar minyak (lemak) nabati 25 – 40%. Komposisi asam lemaknya meliputi, asam oleat, asam linoleat, asam eiokosanoat, asam palmitat, asam stearat, asam arakhidat, dan lainnya.

Sebagian kalangan masyarakat di Jawa, tanaman kelor sering digunakan sebagai campuran air untuk memandikan jenazah. Tujuannya, untuk membuang ajimat yang masih melekat pada jasadnya.

Di sebagai masyarakat Jawa, tanaman kelor mempunyai kekuatan magis, ilmu hitam atau guna-guna, serta ajimat kesaktian. Caranya, cukup dengan mengibas-ibaskan setangkau daun kelor ke bagian muka korban.

Atau air rendaman kelor disiramkan ke sekujur tubuhnya. Maka akan terjadi reaksi tubuh seperti yang diinginkan. Untuk yang ini tidak ada penelitiannya, boleh percaya boleh tidak…..!!