Mainan kadang dilihat sebagai benda yang tampak sepele dan kadang dianggap sekadar benda yang mumpuni untuk membuat anak diam dan berhenti merajuk. Rupanya, mainan punya manfaat lebih dari sekadar itu, terlebih mainan edukatif.
Menurut Markus M. Dhanusantoso, dokter spesialis anak, mainan edukatif diperlukan dalam proses tumbuh kembang anak.
Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua saat memilih mainan yang pas untuk anak terutama memilih mainan sesuai tahapan tumbuh kembang anak. Mainan mungkin punya kualitas terbaik dan punya embel-embel edukatif, tapi jika tidak sesuai usia atau tahapan, maka mainan hanya sekadar untuk bersenang-senang, tanpa ada unsur edukatifnya.
“Para orang tua dapat memberikan jenis mainan yang sesuai dengan jenis kegiatan, usia, dan kemampuan anak untuk mendapatkan hasil yang optimal hingga tahap krusial perkembangan anak,” ujarnya saat peluncuran koleksi mainan ELC di Grand Indonesia, Rabu (22/11).
Permainan bisa jadi solusi bagi orang tua untuk mengembangkan kemampuan panca indera anak sejak dini. Fase-fase perkembangan anak dapat terbagi menjadi :
1. 0 – 3 bulan
Fase pertama sejak lahir adalah fase anak mulai indera penglihatan dan sentuhan. Orang tua diharapkan selalu dekat dengan anak. Sebenarnya, memaksimalkan tahapan tumbuh kembang anak tak melulu dengan mainan. Anak yang baru lahir belum bisa diberi mainan apalagi diajak bermain. Orang tua dapat memanfaatkan tiap momen untuk tahapan tumbuh kembangnya.
Markus memberikan contoh, merangsang kemampuan panca indera anak bisa saat mengganti popok.
“Proses tumbuh kembang anak berjalan tiap saat. Apa yang orang tua lakukan dengan anak itu untuk stimulasi. Mengganti popok juga stimulasi, bayi diajak ngobrol, diberi tahu kalau pakai popok seperti ini, pertama kaki kanan dimasukkan lalu kaki kiri dan seterusnya. Nanti dia besar akan mengikuti, saat pakai celana oh gini caranya,”jelas Markus.
2. 3 – 6 bulan
Masuk usia 3 bulan, anak sudah mampu mengontrol tangan dan kakinya serta senang mengeksplorasi hal-hal di sekitarnya. Orang tua dapat memberikan anak mainan yang mengeluarkan bunyi dan berwarna terang.
Catatan bagi orang tua, meski mainan yang dipilih sudah sesuai, Markus berkata, proses bermainnya juga menyesuaikan dengan kemampuan anak.
“Anak umur 3 bulan itu paling jarak penglihatannya hanya 30 – 40 centimeter sehingga teknik bermain harus benar, mainan jangan terlalu jauh. Selain itu, gerakan jangan monoton, harus dinamis misal mainan ditunjukkan di sisi kiri atau kanan,” ujarnya.
|
3. 6 – 9 bulan
Usia 6 bulan, biasanya anak sudah mulai merangkak atau bahkan duduk. Buat permainan semakin dinamis. Anak sebaiknya dirangsang untuk meraih atau mengejar mainan.
Sembari bermain, ajak anak berkomunikasi dengan memberikan pengertian yang benar. Misalnya, permainan rumah-rumahan, anak diminta memasukkan boneka ke dalam rumah-rumahan. Rumah tentu memiliki pintu dan jendela, maka sebaiknya arahkan anak untuk memasukkan benda melalui pintu. Jangan biarkan anak memasukkan benda melalui jendela. Jika terjadi, baiknya orang tua memberi tahu bahwa boneka alias tokoh utama permainan baiknya masuk melalui pintu.
“Anak di bawah setahun itu memorinya hanya bertahan 24 – 36 jam sehingga tiap kali diajak bermain sebaiknya diberi pengertian terus. Tanpa pengulangan, memori tidak akan tercipta,” kata Markus.
4. 9 – 18 bulan
Pada usia ini, biasanya anak sudah mulai berjalan, mendorong, dan jongkok. Orang tua dapat memberikan mainan yang merangsang kemampuan ia berjalan. Mendorong walker bisa jadi sarana orang tua untuk melatih anak berjalan.
5. 18 bulan ke atas
Pada usia ini, anak mulai berimajinasi dan mengeksplorasi hal baru. Memori anak mulai usia setahun juga tersimpan lebih lama sehingga mainan yang merangsang daya ingat juga bagus untuknya, misal mainan mengeluarkan dan memasukkan benda kembali ke dalam wadah dengan lubang sesuai dengan bentuk benda.
“Satu permainan jangan cuma ‘fun’, tapi juga perlu diperhatikan adanya unsur-unsur lain seperti adanya komunikasi, pola berpikir dan motorik anak apa akan berkembang,” kata Markus saat peluncuran produk mainan ELC di Grand Indonesia, Rabu (22/11).